Suatu kali Saad bin
Abi Waqas datang menghadap kepada Rasulullah saw. Sudah lama Saad bermunajat
kepada Allah, namun keinginannya itu tak kunjung dikabulkan. Dengan hati
nelangsa, Saad menghadap kepada Rasulullah melaporkan kegundahan hatinya.
"Ya, Rasulullah
saw, aku telah berdo'a, tetapi tak kunjung dikabulkan juga," katanya,
"adakah gerangan yang salah?"
Rasulullah pun menjawab, "Hai Saad,
hindarkanlah makanan haram. Ketahuilah, setiap perut yang diisi dengan sesuatu
yang haram, sekalipun hanya sesuap nasi, maka doanya ditolak selama 40
hari."
Di lain
kesempatan seorang mengadu kepada ahlul hikmah tentang permasalahan yang sama.
Orang terakhir ini nampaknya hafal dengan dalil-dalil. Kepada ahlul hikmah
tersebut dia berkata, "Wahai Ahlul Hikmah, kenapa do'a kami tidak kunjung
dikabulkan, bukankah Allah berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, pasti Aku
kabulkan", katanya, sembari mengutip surat Al Mu'min ayat 60. Si ahli
hikmah menjawab dengan rinci apa yang menjadi sumbatan doanya itu dengan
berkata, "Ada 7 faktor penghambat yang selama ini kau melakukannya, yaitu:
1.
Melakukan perbuatan yang mengundang
amarah Allah, dan tidak segera bertaubat atau menyesalinya. Padahal diketahui
bahwa Allah sangat tidak senang dengan perbuatan itu, akan tetapi saudara tetap
saja melakukan perbuatan tersebut secara terus-menerus bahkan tanpa diiringi
dengan penyesalan.
2.
Pernyataan palsu, yaitu mengatakan
"kami hamba Allah", tetapi tidak seperti buruh yang taat kepada
majikannya. Allah dianggap 'teman' atau 'orang lain' sehingga yang lebih
ditakuti adalah makhluk ciptaanNya daripada Allah SWT sendiri. Allah ada, tapi
kau anggap Allah tidak ada.
3.
Tidak melaksanakan Al Qur'an, sekalipun
setiap saat membacanya. Tetapi acuh terhadap perintah atau larangan yang dikandungnya.
4.
Mengakui Muhammad sebagai Nabi dan
utusan-Nya, namun kamu mengkingkari sunah-sunahnya, sehingga tetap makan
(melanggar barang) yang haram.
5.
Mengerti bahwa: "Dunia tiada
harganya di sisi Allah walau sesayap nyamuk, tetapi karenanya (dengan dunia),
perasaanmu menjadi tenteram.
6.
Kau mengerti bahwa dunia ini fana,
tetapi kau berbuat seakan-akan kekal baginya (tidak mau berpisah dengannya).
Bahkan kau menganggap dunia ini sebagai yang wajib digenggam kuat-kuat dan
jangan dilepaskan selama-lamanya.
7.
Mengerti bahwa akhirat lebih utama
daripada dunia, tetapi tidak beramal demi akhirat dengan sepenuh hati, bahkan
berlaku sebaliknya.
Nasihat
Rasulullah dan Ahli Hikmah semacam di atas, barangkali tidak terlalu populer.
Apalagi pada situasi yang sedang 'padat pendapat' seperti pada saat sekarang
ini. Kecenderungan arus membawa orang pada sesuatu yang bersifat sesaat
(instan). Akibatnya, aspek-aspek transendental menjadi 'mudah' untuk tidak
menyebut 'sangat' gampang dilupakan. Padahal Rasulullah sudah mengingatkan,
akibat sesuap nasi haram, ternyata berakibat pada tertutupnya kran do'a selama
40 hari. Bagaimana bila lebih dari itu?
Logikanya, Allah tidak ridha meng-ijabahi do'a
berkhasiat dunia-akhirat pada sosok yang dalam sel-sel tubuhnya berkembang
darah dan daging haram.
No comments:
Post a Comment